Ini adalah sebuah tema
yang terus akan menjadi pergumulan(pemikiran) kita. Pergumulan seringkali menjadi kamuflase bahasa rohani yang dalam
pelaksanaannya diliputi oleh ego dan kemalasan untuk berpikir dan mencari
kehendak Tuhan, tetapi dengan bahasa rohani ini kita sudah dapat menutupi itu
semua, yang kalau ditelisik lebih jauh justru isinya hanya kemalasan dan
egoisme sempit kita juga hanya mengejar
apa yang kita suka/passion. Kata pergumulan harus diletakkan dalam tataran
yang sesungguhnya, bergumul, melepaskan ego kita. Sehingga saya sering memakai
kata memikirkan.
Mengenai passion,
kita sering menganggap passion itu dosa atau sesuatu yang Tuhan tidak
kehendaki. Pemikiran ini seolah menganggap yang muncul dari diri kita adalah
dosa. Harus dari yang Tuhan mau!
Pertanyaannya, kalau Tuhan mau, tentu Tuhan memberikan kemauan, hasrat dalam
diri kita untuk suka akan hal tertentu bukan? Kalau tidak, darimana kita akan
dapat bertekun? Mengutip yang mentri Susi katakan : kerjakanlah apa yang kau
senang, karena pekerjaan yang kau senangi akan memunculkan energi untuk
pekerjaanmu. Saya sangat
setuju. Dan dengan energi ini kita bisa kreatif, bisa menjalankan mandat Tuhan,
dalam bidang apapun. Tidak melulu menjadi pendeta, penginjil. Orang yang
menyangkal dirinya akhirnya akan selalu bingung dan bertanya, Tuhan mau apa?
Saya mau balik tanya : kamu senangnya apa. Mulailah dari situ. Senang tentu
dalam koridor yang baik dan benar sesuai dengan firman Tuhan lho ya. Menilik
orang yang mengamputasi passion mereka, tidak heran kita melihat banyak hamba
Tuhan yang suam-suam kuku. Karena mungkin panggilannya salah.
Sebentar, apakah
hamba Tuhan itu? Memang ini bisa menjadi rancu. Hamba seharusnya adalah
budak. Penyampai kabar baik Tuhan kepada umat. Itu kalau dilihat dari segi
jabatan. Dan ini yang sering dikonotasikan oleh orang yang mengatakan : Dia itu
hamba Tuhan, atau anak hamba Tuhan.
Disisi lain, ada juga yang mengartikan anak Tuhan sebagai orang yang sudah
percaya kepada Tuhan sebagai Juruselamat mereka, karena kalau bukan hamba Tuhan
berarti hamba setan? Ya itu kalau dilihat dalam arti luas. Tetapi kadang
kesulitan yang muncul adalah saat bergereja dan berbicara mengenai suatu
kelompok orang. Lebih mudah mengatakan hamba Tuhan yang meliputi pendeta,
penginjil, dan mahasiswa praktek.
Jadi bagaimana, apa
hubungannya panggilan Tuhan/calling dengan passion/kesukaan kita. Saya percaya
setiap dari kita adalah unik dan memiliki talenta, minimal 1. Talenta itulah
yang harus kita garap. Dengan garapan kita, tidak mustahil terbuka kesempatan
lain sehingga talenta kita yang lain menjadi terungkap. Bahkan menonjol
melebihi yang pertama. Mulainya darimana? Dari setiap kesempatan dan kesukaan
yang kta temui sehari-hari. Contoh : Saya suka baca berita, suka menulis, maka
saya akan membaca sebagai kesukaan saya, dan me-resume-kannya dalam bentuk
tulisan dalam blog saya. Dan memang saya memiliki minat yang cukup luas di
berbagai bidang, sehingga saya akan tuliskan itu satu persatu dalam blog saya,
plus isu-isu yang sedang hangat. Mari kita garap kesukaan kita, karena dari
situlah dapat muncul yang namanya calling.Kadang kita tidak tahu apa calling
kita. Jalani saja, sampai
nanti ia akan menemukan jalannya sendiri. Selamat bergumul dan mencari....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar