Senin, 28 Februari 2011

Masalah Mendasar Musisi Gereja

Saya sebagai musisi gereja ingin share mengenai sesuatu yang baru saja saya alami dan ini bukanlah yang pertama kalinya. Mungkin ini yang ke ribuan kalinya saya alami. Dan saya bersyukur ada blog ini sehingga saya dapat menuangkan uneg-uneg saya. Artikel ini saya tulis bukan untuk memojokkan seseorang atau profesi tetapi semata untuk koreksi dan kemuliaan nama Tuhan (bukan jargon tetapi tindak nyata, karena kata ‘bagi kemuliaan Tuhan’ sering hanya jargon yang indah di mulut).
Siapakah sebenarnya seringkali menjadi masalah dalam memajukan musik gereja? Jujur saja,hamba Tuhan dan majelis.
Ini terlepas dari ada tidaknya musisi di gereja tersebut. Yang saya alami adalah bagaimana pemilihan dan pemberian lagu sangat disepelekan, apalagi latihan bersama. Bagaimana gereja bisa maju? Gladi resik jam 6 malam, tetapi lagu sampai jam 12 siang pun belum dikasih. Padahal jadwal penatalayan sudah ada dari beberapa bulan yang lalu. Hamba Tuhan yang bersangkutan berjanji akan memberikan lagunya, tetapi tidak direalisasikan. Akhirnya saya mengundurkan diri saja sebagai pianis (daripada malu dan saya tahu Tuhan tidak suka).
Ini adalah salah satu contoh saja. Contoh lain yang seringkali terjadi adalah bahwa khotbah dianggap lebih penting (memang sih). Tetapi musik tidak kalah pentingnya.
Banyak sekali, mayoritas hamba Tuhan tidak peduli dengan musik. Cukup hanya khotbah yang diutamakan. Program di gereja pun musik nomor yang kesekian. (Sekali lagi saya berbicara dari perspektif gereja Injili sebagai latar belakang saya dibesarkan).
Bila tidak mempedulikan, maka yang terjadi adalah saat ini banyak gereja Injili berstatus tidak jelas. Musiknya hymn tetapi karena ketakutan anak mudanya pindah gereja, maka lagu kontemporer mulai dimasukkan. Hanya itu saja. Pelatihan tidak ada tetapi mengharapkan hasil maksimal. Tidak ada seminar musik yang di tindak lanjuti dengan mengkader jemaat. Semua hanyalah kalender kegiatan tahunan yang berlalu begitu saja.
Tolonglah. Mari kita realistis. Kalau kita bekerja dalam suatu organisasi, apakah mungkin mendapatkan hasil maksimal kalau kita tidak sungguh-sungguh? Kalau sekadarnya saja?
Give the best to The Lord haruslah diwujudkan dalam tindakan. Bukan slogan. Termasuk berani merombak konsep – konsep yang salah, baik konsep mengenai diri maupun hal lainnya.Everything just for glorify The Lord.  Bagaimana menurut Anda?

Rahasia Pengiring Gereja(Piano, Organ dan Keyboard) Yang Berhasil

Saya tergelitik untuk menuliskan sebuah judul yang diharap dapat menumbuhkan semangat kita untuk terus belajar musik sekaligus juga bersandar pada kebaikan Tuhan yang memberikan semua itu. Berhasil disini harus diartikan berhasil di mata Tuhan dan manusia secara seimbang. Langsung saja pada rahasianya ya?
1.      Takut akan Tuhan ( Amsal 1:7). Karena dari sanalah sumber hikmat dan pengetahuan. Takut <> ketakutan.
2.      Memiliki pengertian yang benar tentang berbagai hal (ibadah, konsep diri, dll).Contoh :
  • orang yang malas berlatih karena merasa tidak berbakat. Padahal baru coba 2 kali. Sedangkan Thomas Alfa Edison, untuk menyalakan lampu pertama kalinya, harus mencoba 1000x. 99% keringat + 1 % bakat = sukses. Itulah rumus beliau. Tentu saja kita tidak setuju begitu saja, karena poin 1 sudah menegaskan bahwa semuanya asalnya dari Dia, sehingga kita juga perlu berdoa dan berserah.
  • bertugas mengiringi, bukan menonjolkan diri.
3.      Memiliki pengetahuan dan keahlian yang cukup tentang alat musik dan lagu yang dimainkan. Saya hanya ingin membagikan pengalaman saya pribadi dimana saya les piano dan organ kepada beberapa guru. Dan saya tidak tahu bagaimana memainkan sebuah lagu. Bahkan meski saya sudah memainkan lagu klasik yang lumayan (grade 5 Royal). Sampai suatu saat guru organ saya baru memberitahu saya setelah sekian lama, rumus memainkan sebuah lagu. Ini yang ingin saya bagikan. Jangan sampai pengalaman saya berulang kepada Anda. Berikut penjelasan saya:
  1. Untuk memainkan sebuah lagu, kita harus tahu apakah nada dasarnya. Mis : Nada dasar C
    Nada dasar itu akan menentukan chord apa yang akan digunakan. Kalau di C biasanya chord yang digunakan adalah :
C (C-E-G), F (F-A-C), G (G-B-D). Ini disebut chord Major.
Dm (D-F-A), Em (E-G-B), Am (A-C-E).Ini disebut chord minor.
3. Mainkan melodinya dan chordnya.
Hal no 3 ini hanya garis besarnya saja. Sulit menjelaskan musik hanya secara tertulis. Bila ada kesulitan, hubungi saya di yongtos2005@gmail.com. Tuhan memberkati pelayanan dan latihan saudara sekalian.
Tetap Semangat!

Briku Hati Mu

Baru saja saya berjumpa dengan rekan saya dan bercakap-cakap mengenai musik gereja. Saya jadi teringat dengan artikel saya yang berjudul Rahasia Pengiring Gereja(Piano, Organ dan Keyboard) Yang BerhasilTernyata sebelum menjadi pengiring gereja, dibalik semua yang saya tulis, semuanya harus dimulai dengan satu kata, yaitu : hati.
Tidak peduli sepandai apapun kita. Sekaya apapun kita. Siapapun kita. Bila kita tidak ada hati, maka semuanya akan sia-sia. Maksud saya disini dengan hati adalah seperti yang terdapat dalam Roma 12:1 :
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup. Kita hidup untuk memuliakan Tuhan. Semua yang kita miliki adalah untuk memuliakan Dia, sekecil apapun itu.
Saya memiliki pengalaman tentang ini, dimana saya melatih calon musisi gereja dengan gratis. Awalnya banyak peminat karena gratis. Tetapi akhirnya bisa ditebak. Hanya beberapa orang yang bertahan. Ada juga yang merasa sudah cukup memberikan uang ke gereja, sehingga meski musik di gereja sangat jelek (yang main pas-pasan), dan ia memiliki anak yang jago main, tetapi tidak di dorong untuk melayani Tuhan. Lebih baik memberi/mengajar les dan main di hotel-hotel yang menghasilkan banyak uang. Perhitungannya adalah karena les piano atau alat musik kan mahal. Mengapa harus melayani dengan gratis? Ia lupa bahwa semua hartanya adalah pemberian Tuhan.
Bahkan dari pengalaman teman, masalah hati lah yang membuat semua usaha yang dilakukan gagal, sehingga beliau saja yang terus menjadi pemain tunggal di gereja tersebut. Sungguh sangat ironis mengingat kalau pemimpin pujian meminta jemaat tepuk tangan untuk bri kemuliaan bagi Tuhan, semua tepuk tangan. Titik. Tidak lebih. Setelah itu, jemaat menyanyi kembali dengan pujian yang miskin (pemimpin pujian dan pemain musik pas-pasan bahkan fals). Apakah ini memuliakan Tuhan? Memuliakan Tuhan harus dilakukan dengan suatu tindak nyata. Bukan hanya tepuk tangan!
Lalu bagaimana kita bisa mempunyai hati untuk memuliakan Tuhan dan memberi yang terbaik, yang dalam konteks tulisan ini adalah terlibat dalam pujian dan memainkan alat musik? Mari kita instrospeksi diri. Apakah kita sudah memberi yang terbaik. Juga kita doakan Tuhan menyentuh setiap hati yang keras. Melembutkannya. Dan jikalau kita berkesempatan melayani Dia, jangan sia-siakan. Mari layani Dia. Muliakan Dia. Brilah hati kita kepadaNya. Bukan kepada dunia atau harta kita.