Minggu, 05 Juni 2016

Lagu kontemporer lebih berkuasa dari hymn

     Ini sebenarnya masalah klasik, tetapi masih menjadi pembicaraan dikalangan aliran Protestan, yaitu tentang aliran lagu kontemporer/worship dengan lagu hymn. Bhkn yg mengusik sy menulis krn mendgr salah satu isu, yaitu lagu worship lebih berkuasa daripada lagu hymn. Hmm, bhkn ditambahkan, bhwa perkataan ini keluar dari pengikut gereja setan(atau ktnya setan itu sndri?). Mendngr pernyataan ini sy tdk lgsg meng counter dg berbagai pengetahuan sy ttg ibadah. Tetapi justru diam. Krn apa? Krn sedih, sekligus menganalisa, mengapa pernyataan ini bs muncul. Ini terjadi karena lack of knowledge, kurangnya pengetahuan atau informasi atas ilmu ibadah, khususnya hymn.
      Saya juga tdk mengingkari lagu worship/kontemporer memang adalah lagu yang personalnya lebih mengena. Sehingga dari sentuhan emosi dan spiritual itu, muncul suatu kekuatan dalam berdoa bahkan dalam mengusir setan.
    Dari segi sejarahnya, hymn dulu juga awalnya kontemporer abis. Bhkn Martin Luther mengambil langsung lagu bukan dari lingkungan gereja, menjadi lagu gereja. Contoh: Allah kota benteng yang teguh, dan banyak lagu gereja lainnya. Itu karena waktu itu sangat dibutuhkan lagu2 yang membangun semangat dan iman jemaat.
    Dalam perkmbangannya, lagu ini akhirnya diakui oleh sebuah atau bahkan lebih denominasi dan dibukukan. Jadilah lagu hymn. Lagu ini bisa usianya baru beberapa tahun, atau bahkan ratusan tahun. Tergantung banyak hal : isi lagu, ritme, ilmu melodi dan harmoni, dll. Yang terutama biasanya adalah pengakuan masyrakat secara umum tentang keindahan dan pemakaian yang meluas. Apakah lagu kontemporer/worship bisa menjadi lagu hymn? Bisa saja, jika menilik penjelasan saya diatas. Jadi tidak perlu diperdebatkan mana yang lebih bgus atau berkuasa. Semua ada manfaatnya.
   Selain pemakaian yang luas, yang harus menjadi penilaian utama adalah apakah isi lagunya/teks berdasarkan kebenaran Alkitab. Jika ya, maka biar waktu yang membuktikannya. Sehingga justru lagu worship yang masih harus diuji apakah sungguh baik dan benar. Justru lagu hymn yang kebanyakan Alkitabiah. Sudah tetuji jaman. Masalahnya, kok kurang greget dalam menyanyikan hymn? Semua bergantung dari pahaman yang menyanyi. Apakah saat menyanyi menyimak teksnya atau hanya melodinya yang membuai. Tidak dapat dipungkiri, pembawaan lagu oleh penyanyi/petugas/pemain musik sangat berpengaruh terhadap persepsi sebuah lagu. Dan tanpa adanya efek lagu karena kurangnya penjiwaan, pemahaman, dan pembawaan lagu oleh pemain.musik/petugas inilah yang membuat seolah hymn kurang kuasa dari lagu worship.
    Jikalau melihat dari sejarah, banyak orang sudah dibangun, dikuatkan, lewat hymn. Juga lagu worship. Yang penting bgaimana menggunakannya saat ibadah ataupun penyembahan pribadi kita. Sekian dulu yang terpikir oleh saya. Semoga menjadi berkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar